Di November hujan..
Awan gelisah, hitam memekat..
Tiup angin meniup kantong plastik membumbung keangkasa
Dan..
Hujan..
Aku menyukai hujan, mungkin alasan ini hanya basa – basi aja,
karena suasana yang tercipta menjadi sejuk..
hari ini, hari dimana hujan membasuh muka jogjakarta untuk
kesekian kalinya dari sejak awal turunnya hujan..
aku senang ketika hujan itu datang. Memberi kesejukan yang
nyaman..
bahkan jerit sang petir pun juga ikut memeriahkannya..
tapi.. kasihan sama mama yang jemurannya tidak bisa
mengering dengan sempurna..
ya walau terkadang, ada momen yang tidak pas..
walau terkadang ada yang kesal dengan semesta dengan makian “kenapa
sih harus hujan terus/kenapa sih ujan di waktu yang gak pas?”. Yah.. mungkin
mereka secara tidak sadar bahwa “ini itu musim hujan, bagaimanapun kamu mencaci
kalau memang musimnya ya tetep aja hujan”. Terkadang aneh memang dengan manusia
yang seperti itu.
Padahal kalau dia mau memberi waktu pada dirinya sendiri
untuk merenung, dia pasti bisa mengerti. Ya kalau dimisalkan seperti makan,
kalau lagi laper ya makan dan kalau lagi haus ya minum air. Bukannya malah
menyalahkan siapapun.
Jangan malah mengatakan tidak adil kepada alam semesta,
apalagi kepada yang kuasa,
Coba bayangkan kalo alam semesta menuntut keadilan kepada
manusia?
Contohnya aja “hei manusia, mana keadilanmu kepada ku (alam
semesta). Aku menyediakan tumbuhan yang bisa kau makan, buah yang menyegarkan,
ikan yang kaya protein, panorama-panorama yang menumbuhkan imajinasimu dan
semuanya. Lalu, kenapa kau merusakku seperti ini?”. Nah, kalo alam semesta bisa
berbicara mungkin ini yang akan semesta katakan.
Jadilah manusia dengan apa yang manusia miliki. Yaitu kemampuan
untuk berpikir. Kalau musim hujan ya persiapkan payung ataupun mantel/jas
hujan.
Yah, bagaimanapun
kita hidup di Bumi dan selayaknya kita menerima apa yang semesta berikan kepada
kita. Sudah diberi memaki, jangan menjadi yang seperti itu. Tapi syukuri..
No comments:
Post a Comment