Storefront of World

Berbagi berbagai macam informasi dan cerita-cerita menarik yang berada di etalase dunia.

Tuesday 2 September 2014

Karena Waktu [3]


Setelah kita makan bakso, kita pun berjalan-jalan sebentar. Ngobrol kesana-kemari berbicara tentang apa saja. Lalu dinda pun duduk dikursi yang berada di bawah pohon, dimana menyuguhkan pemandangan orang-orang jogging, bersepeda dan bias cahaya orange matahari senja yang cahayanya menembus pepohonan di tempat itu.
Dinda tampak memandang lurus dengan tatapan kosong, entah apa yang dia pikirkan.
Akupun merasa aneh saja, lalu ku beranikan untuk memecahkan lamunan dinda dengan sebuah tanya. “din, kamu kenapa sih? Biasanya gak kayak gini ? ada masalah apa?”.
“hah? Masa sih tam?, aku enggak apa-apa kok”. Sangkal dinda.
“hahaha, itu alesan kamu aja. Kalau cewek ngeluarin kalimat ‘aku enggak apa-apa’ itu biasanya ada apa-apanya, udah terus terang aja deh din daripada dipendem-pendem. Nanti bisa jadi bom waktu didalam diri kamu sendiri”. Aku mencoba untuk membuat dinda berterus terang.
“dihhh sok tau banget sih kamu tam hahaha. Eh kok kamu malah kepo banget sih atau jangan-jangan ini cara kamu ngungkapin kalo kamu suka sama aku ya lewat kekepoanmu ini ahahahahaha, cie”. Balas dinda dengan candaan khasnya kalau aku menyukainya.
Aku pun tiba-tiba speechless mendengar ucapan dinda yang membuatku berdebar disamping itu aku merasakan kalau pipiku terasa terbakar.
“ah sudahlah din, jawabanmu ngelantur deh itu”. Elakku
“ahahahaha”. Tawa dinda cekikian. Dan aku pun ikut tertawa. Beberapa menit kemudian kami menghening. Mata kami sibuk memandang objek yang berbeda. Aku memeperhatikan daun-daun yang berguguran terbawa angin senja. Sedangkan dinda masih termenung sambil kedua tangannya menyangga kepalanya.
Sejenak keheningan ini mengingatkanku pada sebuah pemikiranku tentang ‘waktu’ yang telah dibuyarkan oleh dinda tadi. Aku pun menatap jauh ke langit senja yang perlahan merubah warnanya menjadi merah dan membawaku pada sebuah lamunan.

No comments:

Post a Comment